Kamis, 28 Juli 2011

Higiene dan Sanitasi

Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen.
Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:
1. Keadaan bahan makanan
2. Cara penyimpanan bahan makanan
3. Proses pengolahan
4. Cara pengangkutan makanan yang telah masak
5. Cara penyimpanan makanan masak
6. Cara penyajian makanan masak

1. Keadaan bahan makanan
Semua jeis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

2. Penyimpanan Bahan makanan (Prinsip Food Hygiene)
Penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6 prinsip higiene dan sanitasi makanan. Penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama dalam jumlah yang banyak (untuk katering dan jasa boga) dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan tersebut. Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
A. Suhu Penimpanan yang Baik
Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung kepada besar dan banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian besar dapat dikelompokkan menjadi:
• Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya
• Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C
• Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C
• Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C
• Makanan jenis telor, susu dan olahannya
• Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C
• Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C
• Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50 C
• Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1 minggu yaitu 70 sampai 100 C
• Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).

B. Tata Cara Penyimpanan
1. Peralatan penyimpanan
a. Penyimpanan suhu rendah dapat berupa:
- Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 – 150 C untu penyimpanan sayuran, minuman dan buah serta untuk display penjualan makanan da minuman dingin.
- Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10 - 40 C dalam keadaanisi bisa digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan telor.
- Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat digunakan untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3 hari.

- Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan beku (frozen food) dengan suhu mencapai -200 C untuk menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu lama.
b. Penyimpanan suhu kamar
Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu kamar, maka rang penyimpanan harus diatur sebagai berikut:
- Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai dan langit-langit, maksudnya adalah:
o untuk sirkulasi udara agar udara segar dapatsegera masuk keseluruh ruangan
o mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus
o untuk memudahkan pembersihan lantai
o untuk mempermudah dilakukan stok opname
- Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur baur
- Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir, tepung, ditempatkan dalam wadah penampungan sehigga tidak mengotori lantai
C. Cara Penyimpanan
Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu dapat merata keselutuh bagian
Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik atau lemari yang berbeda.
Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan.
Penyimpanan didalam lemari es:
a. Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap
b. Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau mungin dalam lemari yang berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan.
c. Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah dipergunakan
d. Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn lemari untuk keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan penyimpanan makanan
Penyimpanan makanan kering:
a. Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik
b. Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
c. Rak-rak berjarak minimal 15 cmdari dinding lantai dan 60cm dari langit-langit
d. Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan
e. Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (firs in first out) artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu

D. Administrasi penyimpanan
Setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu stock, sehingga bila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.

3. Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian Yaitu:
1. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.
2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.
3. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice).

4. Penyimpanan & Pengangkutan Makanan (Prinsip Food Hygiene)
Makanan yang telah matang atau siap disaji, tidak semuanya langsung dikonsumsi oleh kita, terutama makanan yang berasal dari katering atau jasaboga. Makanan tersebut memiliki resiko pencemaran bakteriologis terutama bila dalam penyimpanannya tidak memenuhi prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan matang adalah sebagai berikut:
- makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas 600C
- makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 40C
- makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu dibawah 40C harus dipanaskan kembali sampai 600C sebelum disajikan
Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian harus dipertahankan, yaitu:
1. Makanan yang akan disajikan lebih dari 6 jam dari waktu pengolahan harus diatur suhunya pada suhu dibawah 40C atau dalam keadaa beku 00C
2. Makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam dapat diatur suhunya dengan suhu kamar asal makanan segera dikonsumsi dan tidak menunggu

3. Pemanasan kembali makanan beku (reheating) dengan pemanasan biasa atau microwave sampai suhu stabil terendah 600C
Hindari suhu makanan berada pada suhu antara 240C sampai 600C, karena pada suhu tersebut merupakan suhu terbaik untuk pertumbuhan bakteri pathogen dan puncak optimalnya pada suhu 370 C.
Makanan matang yang akan disajikan jauh dari tempat pengolahan makanan, memerlukan pengangkutan yang baik agar kualitas makanan tersebut tetap terjaga. Prinsip pengangkutan makanan matang / siap saji adalah sebagai berikut:
1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing. Isi makanan tidak terlampau penuh untuk mencegah tumpah. Wadah harus mempunyai tutup yang rapat dan tersedia lubang hawa (ventilasi) untuk makanan panas. Uap makanan harus dibiarkan terbuang agar tidak terjadi kondensasi. Air uap kondesasi merupakan media yang baik untuk pertmbuhan bakteri sehingga makanan menjadi basi
2. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan makanan yang ditempatkan dan tidak berkarat atau bocor.
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam keadaan tetap panas 600 C atau tetap dingin 40 C
4. Wadah selama perjalanan tidak dibuka sampai tempat penyajian
5. Kedaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak bercampur dengan keperluan mengangkut bahan lain.

5. Penyajian Makanan (Prinsip Food Hygiene)
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan sanitasi makanan. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis, bukan saja dapat mengurangi selera makan seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah
a. Makanan tidak terkontaminasi silang
b. Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
c. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2. Prinsip kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi)
3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastk.
4. Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.

5. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam keadaan
panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada diatas 600 C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji panas)
6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah:
a. Mencegah pencemaran dari tubuh
b. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Penyehatan Makanan dan Minuman, 1999.
Purawidjaja, Enam Prinsip Dasar Penyediaan Makan di Hotel, Restoran dan Jasaboga, 1995

SAP DHF

A. Tujuan Intruksional
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diajukan penyuluhan selama ± 30 menit diharapkan klien dapat memahami tentang DHF.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama ± 30 menit tentang DHF diharapkan:
a. Klien dapat mengetahui dan menjelaskan kembali pengertian penyakit DHF dengan benar.
b. Klien dapat mengetahui dan menjelaskan cara penularan penyakit DHF dengan benar.
c. Klien dapat mengetahui dan menjelaskan gejala penyakit DHF dengan benar.
d. Klien dapat mengetahui dan menjelaskan tentang perawatan penderita DHF dengan benar.
e. Klien dapat mengetahui dan menjelaskan pencegahan penyakit DHF dengan benar.

B. Sasaran
Seluruh pasien maupun keluarga pasien yang berkunjung di Puskesmas

C. Waktu
Hari : Jumat
Tanggal : 28 Januari 2011
Pukul : 08.00 WIB

D. Lama
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan selama ±30 menit.

E. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

F. Media
a. LCD
b. Leaflet

G. Materi penyuluhan
a. Pengetian penyakit DHF
b. Penularan penyakit DHF
c. Gejala penyakit DHF
d. Perawatan penderita DHF
e. Pencegahan penyakit DHF

H. Pengorganisasian
Pemberi Materi : Hidayat
Pembawa Acara : Eka
Evaluator/Observer : Wahyu
Perlengkapan : Ihza

I. Susunan Acara Penyuluhan

No.

WAKTU

KEGIATAN PENYULUH

KEGIATAN PESERTA

1.

5 menit

Pembukaan

· Memberi salam dan memperkenalkan diri.

· Menjelaskan tujuan ceramah.

· Menjelaskan pokok permasalahan yang akan dibahas.

· Menyampaikan materi ceramah dengan sura jelas

· Menjawab salam

· Mendengarkan

· Memperhatikan

· Memperhatikan

2.

20 menit

Pelaksanaan

1. Menjelaskan:

a. Pengertian penyakit DHF.

b. Penularan penyakit DHF.

c. Gejala penyakit DHF.

d. Perawatan penderita DHF.

e. Pencegahan penyakit DHF.

2. Memberi kesempatan peserta untuk bertanya

· Memperhatikan dan mendengarkan

3. Bertanya kepada penyaji.

3.

10 menit

Evaluasi

Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan.

Menjawab pertanyaan

4.

5 menit

Terminasi

· Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta.

· Mengucapkan salam penutup

· Mendengarkan

· Menjawab salam



MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian DHF
Penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Di temukan di Indonesia 1968, di surabaya 58 kasus dan 24 diantaranya meninggal. Tahun 1988 ditemukan 45.791 kasus dan 1.432 meninggal. Dan semakin meningkat dari tahun ke tahun Tidak mengenal usia, bisa menyerang dari usia anak-anak sampai dewasa. Apabila tidak ditanggulangi dengan benar tidak jarang akan menimbulkan kematian. Biasa menimbulkan kejadian yang luar biasa atau wabah terutama saat musim penghujan.

2. Cara Penularan
Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty betina.
1. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang :
a. Yang sakit DBD atau
b. Yang tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus dengue)
c. Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes Aegypti.
2. Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya.
3. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.
4. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia akan segera menderita DBD.
5. Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain.
6. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang 1 minggu.

3. Gejala
1. Panas tinggi 2 sampai 7 hari
2. Nyeri kepala
3. Nyeri sendi, Nyeri perut, mual muntah
4. Lemah, nafsu makan menurun
5. Fenomena perdarahan
6. Timbul bercak-bercak merah pada seluruh tubuh
7. Perdarahan telinga, gusi dan hidung
8. Syok ( keluar keringat dingin, kaki dan tangan teraba dingin, kulit agak kebiruan, nafas sesak atau tersengal2 )

4. Perawatan
1. Boleh rawat jalan, jika keluhan hanya demam dan disertai nyeri kepala otot dan sendi saja.
2. Terapi obat penurun panas, minum banyak, istirahat cukup.
3. Kontrol setiap hari dengan pemeriksaan laborat.
Hati2 pada Hari 3 – 4 panas !! —– FASE KRITIS
4. Harus Perawatan di RS jika :
Terdapat tanda2 perdarahan bawah kulit, atau pada uji Tourniquet positif.
Dalam kondisi SYOK !

5. Pencegahan
Membasmi vektor nyamuk aedes aegypti
Masyarakat berperan dalam upaya pemberantasan vektor nyamuk aedes aegypti yang merupakan upaya paling penting untuk memutuskan rantai penularan dalam rangka mencegah dan memberantas penyakit Demam Berdarah muncul di masa yang akan datang.
Dalam upaya pemberantasan vektor tersebut antara lain masyarakat dapat berperan secara aktif dalam pemantauan jentik berkala dan melakukan gerakan serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
PSN secara umum adalah melakukan gerakan 3M yaitu :
1. Menguras bak air,
2. Menutup tempat yang mungkin menjadi sarang berkembang biak nyamuk,
3. Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air.
Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti abate. Ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap periode waktu tertentu.
Dengan demikian gerakan PSN dengan 3M Plus yaitu menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk Aedes aegipty tidak bisa bertelur. Mengubur dan membuang barang-barang bekas seperti ban bekas, kaleng bekas yang dapat menampung air hujan.
Pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik jika upaya PSN dengan 3M Plus dilakukan secara sistematis, terus-menerus berupa gerakan serentak, sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat dan lingkungannya ke arah perilaku dan lingkungan yang bersih dan sehat, tidak kondusif untuk hidup nyamuk Aedes aegypti.

Rabu, 20 Juli 2011

Leaflet Imunisasi

Selain Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi, kami juga menyediakan leaflet imunisasi sebagai bahan untuk membuat leaflet sehingga teman-teman bisa lebih mudah,praktis, dan efisien dalam mengerjakan tugas temen-temen.
Untuk melihat leaflet imunisasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


TEMEN-TEMEN BISA MENDAPATKAN DATA DALAM BENTUK WORD
UNTUK LEBIH JELASNYA LAGI TEMEN-TEMEN BISA DOWNLOAD DI BAWAH INI

DOWNLOAD NOW

SAP Imunisasi

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang studi : Ilmu Keperawatan Maternitas
Topik : Imunisasi
Sasaran : Ibu post partum
Tempat : Ruang Nifas RSU Dr. Moch Soewandhie Surabaya
Hari/Tanggal : ...........................
Waktu : 1 x 45 Menit

1. Tujuan Instruksional Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang manfaat Imunisasi

2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan ibu selama 45 menit tentang imunisasi diharapkan Ibu dapat :
a. Menyebutkan Pengertian Imunisasi.
b. Menyebutkan Tujuan Pemberian Imunisasi
c. Menyebutkan Jenis Imunisasi
d. Menyebutkan Jadwal pemberian Imunisasi
e. Menjelaskan tentang Efek Samping Imunisasi
f. Menyebutkan Tempat memperoleh Imunisasi

3. Sasaran
Ibu Post partum di Ruang Nifas RSU Dr. Moch Soewandhie Surabaya

4. Materi
a. Pengertian Imunisasi
b. Tujuan Pemberian Imunisasi
c. Jenis Imunisasi
d. Jadwal pemberian Imunisasi
e. Efek samping Imunisasi
f. Tempat memperoleh Imunisasi

5. Metode
  • Ceramah
  • Tanya jawab
6. Media
  • Flip chart
  • Leaflet
7. Kegiatan penyuluhan

NO

WAKTU

KEGIATAN PENYULUHAN

KEGIATAN PESERTA

1

3 Menit

Pembukaan:

v Memperkenalkan diri

v Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.

v Melakukan kontrak waktu.

v Menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberi kan

v Menyambut salam dan mendengarkan

v Mendengarkan

v Mendengarkan

v Mendengarkan

2

27 Menit

Pelaksanaan :

v Menjelaskan tentang pengertian Imunisasi

v Memberikan kesempatan pada ibu untuk bertanya

v Menjelaskan tentang tujuan pemberian imunisasi

v Memberikan kesempatan pada ibu untuk bertanya

v Menjelaskan tentang Jadwal pemberian imunisasi

v Memberikan kesempatan pada ibu untuk bertanya

v Menjelaskan tentang jenis imunisasi yang harus diberikan.

v Memberikan kesempatan pada ibu untuk bertanya

v Menjelaskan tentang efek samping imunisasi

v Memberi kesempatan pada ibu bertanya.

v Mendengarkan dan memperhatikan

v Bertanya dan menjawab pertanyaan yg diajukan

v Mendengarkan dan memperhatikan

v Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan

v Mendengarkan dan memperhatikan.

v Bertanya dan menjawab pertanyaan yg diajukan

v Mendengarkan dan memperhatikan

v Bertanya dan menjawab pertanyaan yg di ajukan

v Mendengarkan dan memperhatikan

v Bertanya dan menjawab pertanyaan yg di ajukan

3

13 Menit

Evaluasi :

v Menanyakan pada ibu tentang materi yang diberikan dan reinforcement kepada ibu bila dapat menjawab & menjelaskan kem bali pertanyaan/materi

v Menjawab dan menjelaskan pertanyaan

4

2 Menit

Teriminasi :

v Mengucapkan terimakasih kepada ibu-ibu

v Mengucapkan salam

v Mendengarkan dan membalas salam


8. Kriteria Evaluasi
Kriteria struktur :
• Peserta Ibu post partum yang ada di Ruang Nifas RSU Dr. Moch Soewandhie Surabaya
• Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang Nifas RSU Dr. Moch Soewandhie Surabaya
• Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan.
Kriteria Proses :
• Ibu antusias terhadap materi penyuluhan.
• Ibu konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
• Ibu mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap dan benar.
Kriteria Hasil :
• Ibu mengetahui tentang pengertian Imunisasi
• Ibu mengetahui tentang tujuan pemberian Imunisasi.
• Ibu mengetahui tentang jadwal pemberian imunisasi
• Ibu dapat menjelaskan jenis imunisasi yang diberikan
• Ibu dapat menjelaskan efek samping Imunisasi.

9. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS
a. Protokol / Pembawa acara
Uraian tugas :
• Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.
• Mengatur proses dan lama penyuluhan.
• Menutup acara penyuluhan.

b. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas :
• Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
• Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
• Memotivasi peserta untuk bertanya.

c. Fasilitator
Uraian tugas :
• Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
• Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
• Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
• Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta.

d. Observer
Uraian tugas :
• Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.
• Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
• Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
• Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.
• Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.

MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN
Imunisasi adalah Memberikan kekebalan tubuh dengan cara memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan atau dilumpuhkan.
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan secara aktif pada bayi atau anak terhadap penyakit tertentu, dengan memasukkan vaksin (bibit penyakit yang telah dimatikan/dilemahkan)

2. TUJUAN PEMBERIAN IMUNISASI
a. Daya tahan / kekebalan tubuh anak meningkat.
b. Pencegahan timbulnya beberapa penyakit pada anak antara lain :
• Penyakit TBC Paru
• Penyakit Difteri
• Penyakit Tetanus
• Penyakit Pertusis
• Penyakit Polio
• Penyakit Campak
• Penyakit Hepatitis B

3. JENIS IMUNISASI
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG bertujuan untuk memberikan kekebalan/pertahanan aktif terhadap penyakit TBC.
Jadwal pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilkukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan, tetpai sebaiknya diberikan pada umur 0-2 tahun. Imunisasi BCG cukup diberikan 1 kali saja. Pada anak yang akan diimunisasi dengan usia lebih dari 2 bulan, harus dilakukan Montaux test dulu. Gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit BCG. Seandainya hasil positif, anak tersebut selayaknya tidak mendapatkan imunisasi.
b. Imunisasi DPT
Tujuan pemberian imunisasi DPT adalah untuk memberikan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit Diphteri, pertusis dan tetanus.
Imunisasi DPT dapat diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu
c. Imunisasi Poliomiolitis
Vaksinasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit poliomiolitis.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian imunisasi polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, Hepatitis B, dan DPT
d. Imunisasi Campak
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif.
Menurut WHO, imunisasi campak cukup diberikan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan, tetapi karena angka kesakitan campak di Indonesia masih tinggi, Pemerintah mencanangkan pemberian imunisasi campak sebelum usia 9 bulan, yaitu antara usia 6-9 bulan.
e. Imunisasi Hepatitis B
Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap hepatitis B. Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanayk 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3.

4. JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI
UMUR VAKSIN
0 Bln (2 minggu setelah bayi lahir) HB 1 BCG Polio 1
2 Bln HB 2 DPT 1 Polio 2
3 Bln DPT 2 Polio 3
4 Bln DPT 3 Polio 4
9 Bln HB 3 Campak

Semua vaksin diatas dapat dilakukan diluar jadwal ketika ada wabah. Vaksin campak dapat diberikan lebih dari satu kali ketika ada wabah.

5. EFEK SAMPING IMUNISASI
Vaksin Efek samping yang muncul
BCG Reaksi yang mungkin timbul pada pemberian imunisasi BCG adalah kadang bernanah, tetapi akan sembuh dengan sendirinya walaupun lambat. Biasanya suntikan BCG tidak menimbulkan panas.
DPT Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks.
POLIO Reaksi yang timbul tidak ada, mungkin akan terdapat berak-berak ringan.
Pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah, imunisasi polio dapat ditangguhkan.
CAMPAK Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan.
HEPATITIS B Reaksi yang mungkin terjadi adalah berupa nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan.

6. TEMPAT MEMPEROLEH IMUNISASI
a. Rumah sakit
b. Puskesmas
c. BKIA/Rumah Bersalin
d. Posyandu
e. Praktek Dokter Swasta (terutama dokter spesialis anak)

DAFTAR PUSTAKA

……..2000. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Anak PSIK.FK.Unair TA:2000/2001. Surabaya
……..Buku catatan Kesehatan Anak dan Tumbuh kembang,PT.Bristol Myer Indonesia,Jakarta
Pusdiknakes. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga Depkes RI, Jakarta

TEMEN-TEMEN BISA MENDAPATKAN DATA DALAM BENTUK WORD
UNTUK LEBIH JELASNYA LAGI TEMEN-TEMEN BISA DOWNLOAD DI BAWAH INI

DOWNLOAD NOW