Selasa, 09 Agustus 2011

ASKEP JIWA DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN

LAPORAN PENDAHULUANHALUSINASI PENDENGARAN

A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi pendengaran

B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994).
Halusinasi dapat terjadi pada klien gangguan mental organik, psikosis, sindroma putus obat, keracunan obat, gangguan afektif, gangguan keseimbangan endokrin, gangguan tidur. Halusinasi merupakan salah satu disfungsi yang paling sering terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan hilangnya kemampuan penilaian realitas.

2. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart and Sunden (1998 : 305) faktor predisposisi yang menimbulkan halusinasi, antara lain :
a. Faktor Biologis
  • Abnormalitas otak yang menyebabkan respons neurobiologik.
  • Beberapa bahan kimia juga dikaitkan dapat menyebabkan respon neurbiologis misalnya: dopamine neurotransmiter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara dopamine neurotransmiter lain dan masalah-masalah pada sistem receptor dopamine.
b. Faktor sosial budaya
Stres yang menumpuk, kemiskinan, peperangan, dan kerusuhan, dapat menunjang terjadinya respon neurobiologis yang maladaptif.
c. Faktor Psikologis
Penolakan dan kekerasan yang dialami klien dalam keluarga dapat menyebabkan timbulnya respon neurobiologis yang maladaptif.

3. Faktor Pencetus
Menurut Stuart and sunden (1998: 310), faktor pencetus terjadinya halusinasi antara lain:
a. Faktor biologis
Gangguan dalam putaran balik otak yang memutar proses informasi dan abnormaltas pada mekanisme pintu masuk dalam otak mengakibatkan ketidakmampuan menghadapi rangsangan. Stres biologis ini dapat menyebabkan respon neurobiologis yang maladaptif.
b. Faktor Stres dan Lingkungan
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan merupakan stressor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan perilaku. Klien berusaha menyesuaikan diri terhadap stressor lingkungan yang terjadi.
c. Faktor Pemicu Gejala
1. Kesehatan
Gizi yang buruk, kurang tidur, kurang tidur, keletihan, ansietas sedang sampai berat, dan gangguan proses informasi.
2. Lingkungan
Tekanan dalam penampilan (kehilangan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari), rasa bermusuhan dan lingkungan yang selalu mengkritik, masalah perumahan, gangguan dalam hubungan interpersonal, kesepian (kurang dukungan sosial), tekanan pekerjaan, keterampilan sosial, yang kurang, dan kemiskinan.
3. Sikap/ perilaku
Konsep diri yang rendah, keputusasaan (kurang percaya diri), kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas, perilaku amuk dan agresif.

4. Macam-macam halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan :
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu :
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba :
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap :
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik :
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Menurut Stuart, 2007)

5. Fase-fase halusinasi
a. Fase pertama (Comforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres. Cara ini menolong sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannnya namun intensitas persepsi meningkat.
b. Fase kedua (Condemning)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol seperti gambaran suara dan sensasi. Halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain mendengar, klien merasa tidak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
c. Fase ketiga (Controling)
Halusinasi lebih menonjol, mengusai dan mengontrol. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman yang sementara.
d. Fase keempat (Consquering)
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepasakan diri dariu kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlaslu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang singkat, beberap a jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
6. Rentang Respon
Rentang respon halusinasi ( berdasarkan Stuart dan Laria, 2001)
Adaptif sampai dengan maladaftif

Keterangan:
Adaptif
1. Pikiran logis
2. Persepsi kuat
3. Emosi konsisten
4. Perilaku sesuai
5. Berhub. Sosial

Maladaptif
1. Gangguan pikir
2. Halusinasi
3. Sulit berespon emosi
4. Perilaku disorganisasi
5. Isolasi sosial

Antara Adaptif dan Maladaptif
1. Distorsi pikir
2. Ilusi
3. Reaksi emosi meningkat
4. Perilaku aneh/tidak biasa
5. Menarik diri

C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)

Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek)
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)
3. Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri.
2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan Konsep diri : harga diri rendah.
3. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan mekanisme koping inefektif.

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa 1
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri.
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :
  • Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
  • Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk bersama.
  • Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.
  • Pasien mau berhubungan dengan orang lain.
  • Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap dengan keluarga.

Intervensi :
  • Bina hubungan saling percaya.
  • Buat kontrak dengan klien.
  • Lakukan perkenalan.
  • Panggil nama kesukaan.
  • Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah.
  • Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
  • serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab pasien tidak mau bergaul/menarik diri.
  • Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab.
  • Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
  • Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.
  • Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan.
  • Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.
  • Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan.
  • Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi waktunya.
  • Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.
  • Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.
  • Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
  • Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan car a keluarga menghadapi.
  • Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.
  • Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal sekali seminggu

b. Diagnosa 2
Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan Konsep diri : harga diri rendah.
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria Hasil :
  • Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan.
  • Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan.
  • Pasien mampu memulai mengevaluasi diri.
  • Pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
  • Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana.

Intervensi :
  • Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya dari segi fisik.
  • Diskusikan dengan pasien tentang harapan-harapannya.
  • Diskusikan dengan pasien keterampilannya yang menonjol selama di rumah dan di rumah sakit.
  • Berikan pujian.
  • Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh pasien
  • Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh pasien.
  • Diskusikan strategi koping yang efektif bagi pasien.
  • Bersama pasien identifikasi stressor dan bagaimana penialian pasien terhadap stressor.
  • Jelaskan bahwa keyakinan pasien terhadap stressor mempengaruhi pikiran dan perilakunya.
  • Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak realistic.
  • Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki
  • Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok.
  • Diskusikan koping adaptif dan maladaptif.
  • Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive.
  • Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah dirinya bukan orang lain
  • Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukan perawat).
  • Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan / tujuannya.
  • Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan.
  • Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai potensi yang ada pada dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Anni Keliat,Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
2. Maramis, Willy F .2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2;Surabaya.
3. Yosep, I.2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Refika Aditama: Jakarta.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PSP : HALUSINASI PENDENGARAN
(Pertemuan Pertama : Tanggal-Bulan-Tahun)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tampak menyendiri, gelisah, kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
3. Tujuan Khusus
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
TUK 2: Klien dapat mengenal halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, ciptakan lingkungan terapeutik.
b. Beri kesempatan klien ungkapkan perasaanya.
c. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
d. Diskusikan dengan klien halusinasi yang dialaminya.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi Mas ? Perkenalkan nama saya Feny Andriyani, panggil saja saya mbak Feny ya!, saya Mahasiswa Keperawatan Soetomo.”
b. Evaluasi/ validasi
“ Bagaimana perasaan Mas hari ini? Kenapa mas sampai dibawa kesini ?”
c. Kontrak
Topik : “ Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara-suara yang sering mas dengar?”
Waktu : “ Mau berapa lama kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau selama 15 menit ?”
Tempat : “Mas mau ngobrol dimana?” Bagaimana kalau di ruang tamu?”
2. Kerja
a. Coba mas ceritakan suara-suara yang mas dengar!
b. Kapan saja suara itu muncul? Situasi yang bagaimana menurut mas menjadi pencetus munculnya suara tersebut ?
c. Berapa kali suara itu mas dengar dalam sehari?
d. Apakah yang mas lakukan jika suara-suara itu muncul? Apakah mas mengikuti printah suara-suara yang mas dengar?
e. Bagaimana perasaan mas ketika suara-suara itu muncul ?
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasan mas sekarang setelah bercakap-cakap dengan saya?”.
b. Evaluasi obyektif
“ Coba masih ingat nama saya ? terus coba sebutkan lagi kenapa mas dibawa kesini ?”
c. Rencana tindak lanjut
“ Baiklah mas karena waktu kita sudah habis kita sudahi sampai disini ya, besok kita nomong-ngomong lagi ya ?
4. Kontrak
Topik : “ Besok kita bercakap-cakap lagi ya mas. Kita akan diskusikan bagaimana cara mengontrol suara-suara yang mas dengar itu.”
Waktu : “ Jam berapa besok kita bisa bertemu? Bagaimana kalau jam 09.00 WIB selama 15 menit. Mas setuju?
Tempat: “Kita akan berbincang-bincang di taman, setuju?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PSP : HALUSINASI PENDENGARAN
(Pertemuan Kedua : Tanggal-Bulan-Tahun)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Kllien tampak menyendiri, gelisah, kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawata.
Resiko mencederai diri sendiri /orang lain lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
3. Tujuan khusus
TUK 3 : klien dapat mengontol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan dengan klien cara yang dilakukan selama ini untuk mengontrol halusinasinya.
b. Diskusikan manfaat dan kerugian cara yang selama ini dilakukan.
c. Diskusikan dengan klien cara baru mengontrol halusinasinya.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik.
“ selamat pagi mas.?”
b. Evaluasi / validasi
“ bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah mas masih mendengar suara-suara seperti kemarin?”
c. Kontrak.
Topik : “ Seperti janji kita kemarin, hari ini kita akan membicarakan tentang bagaimana supaya suara-suara yang mas dengan dapat dikendalikan.”
Waktu : “ Mau berapa lama kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau selama 15 menit ?”
Tempat : “Mas mau ngobrol dimana?” Bagaimana kalau di ruang tamu?”
2. Kerja
a. Kalau mas mendengar suara-suara itu apa yang mas lakukan ?
b. Apakah dengan cara seperti itu suara-suara yang mas dengar berkurang?
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
• Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang-bincang?”
• Evaluasi obyektif
“Jadi ada empat cara untuk mengendalikan suara-suara yang mas dengar. Pertama mengendalikan halusinasi, kedua berbincang dengan orang lain, ketiga mengatur aktifitas, sehingga tidak ada waktu untuk melamun, dan keempat minum obat teratur”
b. Tindak lanjut klien
“Mas, kalau suara-suara itu muncul lagi, mas langsung mencoba cara yang mas pilih tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “besok kita bercakap-cakap lagi ya mas. Kita akan diskusikan obat-obatan yang mas minum untuk mengatasi suara-suara yang mas dengar”
Waktu : “nanti kita bercakap-cakap selama 15 menit, mas setuju”
Tempat : “berbincang-bincangnya di taman saja ya?”

0 comments:

Posting Komentar