Rabu, 10 Agustus 2011

ASKEP ANAK DENGAN (DBD) DEMAM BERDARAH DENGUE


A. PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

B. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.

C. KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80  120/100  120/110  90/70  80/70  80/0  0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung  140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

D. TANDA DAN GEJALA
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dangejala lain adalah :
- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
- Asites
- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

E. PEMERIKSAAN DAN DIGNOSIS
- Trombositopeni (  100.000/mm3)
- Hb dan PCV meningkat (  20% )
- Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
- Isolasi virus
- Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
- Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

F. PENATALAKSANAAN
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
- Panas disertai perdarahan
- Panas disertai renjatan.

Belum atau tanpa renjatan:
1. Grade I dan II :
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
• 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
• 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
• 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
• 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
• Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan Renjatan ;
2. Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
• 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
• 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
• 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
• 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau lainnya ) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian
1.1 Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )
1.2 Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
1.3 Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
1.4 Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
1.5 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
1.7 Riwayat Tumbuh Kembang
1.8 Pengkajian Per Sistem
1.8.1 Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
1.8.2 Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
1.8.3 Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
1.8.4 Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
1.8.5 Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
1.8.6 Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. Diagnosa Keperawatan
2.1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2.2 Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler
2.3 Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
2.4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
2.5 Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni )
2.6 Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan
2.7 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan.
DP : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37
Nyeri otot hilang
Intervensi :
a. Beri komres air kran
Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
b. Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

DP 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan
Kriteria : Input dan output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda presyok
Akral hangat
Capilarry refill < 3 detik
Intervensi :
a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
b. Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral
e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

DP. 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
e. Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

DP. 5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni )
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
b. Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

Selasa, 09 Agustus 2011

BAHAYA MINUM ES TEH

Es teh memang nikmat untuk diminum pada saat suasana sangat panas. Namun dibalik kenikmatannya itu, es teh menyimpan potensi yang merugikan bagi kesehatan. Mengkonsumsi es teh secara berlebih dapat meningkatkan resiko menderita batu ginjal.

Es teh mengandung konsentrasi tinggi oksalat, salah satu bahan kimia kunci yang memicu pembentukan batu ginjal. Bagi mereka yang memiliki kecenderungan sakit batu ginjal, es teh jelas menjadi minuman terburuk.

Teh panas sebenarnya juga menyimpan efek buruk yang sama, namun hanya takarannya saja yang lebih sedikit, tak sebanding kalau minum es teh yang bila haus akan minum lebih banyak bahkan bergelas-gelas.

Pria, wanita dengan tingkat estrogen rendah, dan wanita yang pernah menjalani operasi pengangkatan indung telur paling rentan terkena dampak es teh ini.
Oleh karena itu, gantilah mengkonsumsi minuman dengan air putih, atau mencampurnya dengan lemon. Karena lemon kaya akan kandungan citrates yang dapat menghambat pertumbuhan batu ginjal.

Sebaiknya, konsumsi es teh secara bijak demi kesehatan ginjal. Padukan dengan makanan tinggi kalsium yang dapat mereduksi oksalat, dan tentu saja perbanyak minum air putih.



SUMBER : OBAT SAKIT

MAKANAN PENCERAH KULIT

Jangan sampai menghabiskan uang puluhan juta rupiah untuk merawat kulit apabila tidak didukung dengan perawatan dari dalam.
Karena itu janganlah lupa untuk mengkonsumsi makanan yang baik untuk mencerahkan kulit.

Berikut ini makanan yang bisa untuk mencerahkan kulit:

  • Jeruk.


Semua jenis jeruk termasuk jeruk Bali adalah sumber vitamin C yan bagus untuk kulit. Vitamin C dapat meningkatkan produksi kolagen dan elastin dalam tubuh yang berfungsi untuk mengurang kerutan dan menghambat penuaan dini.

Jeruk dipercaya dapat memperlambat produksi melanin, pigmen yang dapat membuat kulit terlihat lebih gelap. Karena itu usahakan untuk mengkonsumsi jeruk segar satu kali dalam sehari.


  • Sayuran Berwarna Hijau dan Merah.

Sayuran berwarna hijau dan merah terdapat dalam wortel, tomat, bayam, brokoli dan lain sebagainya yang banyak mengandung betakaroten yang merupakan anti oksidan yang bagus untuk kulit.

Selain mencegah kerusakan sel, betakaroten juga akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A yang berguna untuk memerangi jerawat, memproduksi sel-sel kulit baru dan membuat warna kuku terlihat cerah dan muda.
Tapi jangan lupa jangan berlebihan, karena jika mengkonsumsi vitamin A yang berlebihan justru akan mengganggu kesehatan.

  • Ikan.



Ikan sangat kaya akan omega-3 yang bagus untuk kulit. Selain itu, mengkonsumsi sarden, tuna atau salmon yang kaya protein dapat melindung kulit dari paparan siniar matahari dan polusi.




  • Alpukat.

Alpukat adalah sumber vitamin E yang berguna untk menghambat penuaan dan menjaga kulit agar tetap bersih. Mengkonsumsi alpukat secara teratur juga akan mencegah kulit menjadi kendur seiring bertambahnya usia.


  • Gandum.



Gandum ini bisa didapat dalam bentuk sereal maupun roti, dan gandum ini mengandung biotin yang berfungsi untuk membantu sel tubuh memproses lemak. Kekurangan biotin ini dapat menyebabkan kulit kering dan terlihat kusam.













SUMBER : OBAT SAKIT

K-LITE CODEC PACK 7.10 FULL



K
-Lite Codec Pack is a collection of DirectShow filters, ACM VFW codec. Codecs and DirectShow filters needed for encoding and decoding audio and video formats. K-Lite Codec Pack is designed as a user-friendly solution for playing all your audio and movie files
.

K-Lite Codec Pack comes with the latest version of K-Lite Codec Pack 7.10 (Full), which of course with more facility than with previous versions. With K-Lite Codec Pack you can play all popular audio and video formats and even several less common formats.

K-Lite Codec Pack has a couple of major advantages compared to other codec packs:

Frequently updated. So always up-to-date with the latest and / or best components.
All components have been carefully selected for specific purposes.
Very user-friendly and easy to use.
The installation is fully customizable, meaning you can install only the components that you really want.
The ability customization even beyond the component level. Some components can handle various formats. You can determine exactly which components.
Uninstallation: remove everything that was installed by the package. Including all file registers.
Very easy to install


K-LITE CODEC PACK 7.10 FULL MEDIAFIRE 19 MB

GAME BOOSTER



Game Booster adalah sebuah software ditujukan untuk meningkatkan performa sebuah computer seperti computer gaming. Tetapi tidak terbatas bagi PC game saja, bisa juga diaplikasikan untuk computer biasa.


Game Booster memiliki 2 fungsi. Fungsi pertama untuk menonaktifkan sistem aplikasi Windows yang sedang berjalan. Beberapa program baik dari program Windows sendiri yang sedang berjalan terkadang tidak diperlukan oleh penguna computer. Fungsi kedua, Game Booster dapat menonaktifkan program yang berjalan secara background atau program yang sebenarnya aktif tetapi tidak terlihat oleh penguna. Seperti software Antivirus yang selalu aktif tetapi penguna computer tidak mengetahui keberadaan program tersebut atau sulit untuk mematikan secara manual.

Game Booster ditujukan untuk penguna computer gaming. Dengan software Game Booster, dengan menonaktifkan program resident yang ikut berjalan dapat dimatikan sementara waktu oleh software tersebut. Demikian juga ketika seseorang butuh sebuah computer game tanpa gangguan dari software Antivirus untuk sementara waktu. Maka Game Booster dapat menonaktifkan program antivirus. Hasilnya akan meningkatkan kinerja computer secara relatif untuk waktu sesaat selama program aktif. Kedua dapat meningkatkan space memory untuk diberikan ke aplikasi game, sehingga ruang memory lebih besar.

Game Booster tidak menganggu atau mengacak acak sistem registry Windows. Game Booster dirancang untuk mematikan software yang tidak diperlukan sementara waktu dengan sistemnya sendiri. Dan tidak merusak apa yang ada didalam registry Windows. Karena Game Booster bisa saja mengembalikan apa yang sudah di nonaktifkan kembali dengan sekali click pada menu program. Dan seluruh program akan kembali berjalan seperti semula.


GAME BOOSTER FREE MEDIAFIRE 7 MB

MAGIC CAMERA



Magic
Camera
is an additional software is powerful virtual camera to your system for video chat. You can use it as a real webcam and set pre-recorded videos, photo albums, animations and desktop screens as its output. This webcam chat support software or online chat website - MSN Messenger, Yahoo Messenger, Paltalk, Skype, AIM, ICQ, Camfrog, and many others.Also ANYwebcam, Magic Camera can add a lot of funny photo frames, text, images, animation, video overlay , picture in picture function support and add amazing video effect to your real webcam and allow it to be used by several applications at the same time.

Want to save your video conversations? Use Magic Camera to do it! Start to record video your friends to disk and even play back later! Furthermore, Magic Camera can capture and upload. With this option, you can keep your privacy by pretending there is some other person or perform forwarding real-time video! Or you can share your desktop screen with friends and co-work with him on line in Instant Massager software.
Amazing Webcam Effects:

Features:
  • Changing visual effects.
  • The photo frame mobile phone.
  • Real-time change webcam backgrounds. You can create effects such as rain webcam in your home!
  • Face tracking and masking effects.
  • Doodle on video.
  • Image overlay and video overlay.
  • Flash (SWF / FLV), lined with cool animations and emotions.
  • Type the text directly on the video to "chat" with your friends.


MAGIC CAMERA FREE MEDIAFIRE 19 MB

MENGATASI NGANTUK


Kalau kita masih saja merasa mengantuk padahal sudah minum kopi, terutama pada saat sedang bekerja di area perkantoran, hal berikut ini bisa dicoba dan dilakukan.
Coba teknik berikut ini:
  • Tarik nafas dalam dan tarik perut ke dalam.
  • Hembuskan nafas melalui mulut dengan dagu didorong ke depan sambil mengeluarkan suara keras.
  • Ulangi lagi seperlunya.
Menarik nafas dalam dapat meningkatkan kadar oksigen yang membangkitkan energi di dalam darah.
Menghembuskan nafas secara keras dapat mengeluarkan karbondioksida dari badan.
Kita akan mendapatkan energi yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai tugas kantor dengan baik.

MANFAAT JALAN KAKI

Berjalan kaki secara teratur sangat baik untuk kesehatan, namun terkadang di zaman modern ini semuanya selalu menggunakan fasilitas untuk mencapai suatu tempat meskipun jaraknya hanya dekat saja.

Berjalan kaki merupakan salah satu cara untuk membuka pikiran serta akan mebuat jantung dapat bekerja secara optimal, belum lagi dengan berjalan kaki akan dapat mengatasi stres bilamana dilakukan di udara terbuka.

Dengan berjalan kaki maka akan melatih jantung untuk bergerak sedikit demi sedikit. Manfaatnya bila suatu saat kalau jantung kita terkena getaran, maka jantung kita akan dapat bertahan terhadap goncangan yang sedikit itu tadi.
Lain hal jika kita tidak pernah mau bergerak atau tidak mau melatih jantung, sedikit saja ada perubahan pada jantung, maka akan berpengaruh besar terhadap nyawa kita.

Dengan bergeraknya jantung lebih cepat dan teratur tidak akan menambah pikiran, bahkan akan membuat tubuh kita menjadi lebih sehat, aliran darah menjadi lebih bagus sehingga menjamin aliran darah.

SUMBER: OBAT SAKIT

MAKANAN PENGHANCUR LEMAK

Berikut ini ada beberapa makanan yang bisa menghancurkan lemak.
Semua makanan di bawah ini otomatis dapat menurunkan berat badan.

Makanan tersebut adalah:
  • Kayu Manis.
Berkhasiat untuk mencegah penumpukan lemak di dalam tubuh.

  • Ketela Manis.
Sangat tinggi kandungan seratnya sehingga sangat tepat untuk menstabilkan kadar insulin.

  • Mustrad.
Diduga kuat punya manfaat besar untuk menurunkan berat badan karena bisa memperlambat pertumbuhan jaringan lemak tubuh.

  • Keju Swiss.
Makanan yang sangat tinggi kalsiumnya sehingga berfungsi untuk mengurangi enzim-enzim penghasil lemak dan meningkatkan penghancuran lemak.

  • Almond.
Mengandung banyak alpha-linolenic acid yang dapat mempercepat metabolisme tubuh.


  • Buah Berry.
Banyak mengandung vitamin C sehingga mampu membakar lemak hingga 30 persen lebih banyak.

  • Kedelai.
Berfungsi untuk mencegah dan membongkar penimbunan lemak dalam tubuh.
(Bagi yang memiliki riwayat penyakit kanker payudara sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan dokter).


  • Jeruk Orange.
Mengandung Flavon yang berkhasiat untuk menghancurkan lemak.


SUMBER: OBAT SAKIT

ASKEP JIWA DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN

LAPORAN PENDAHULUANHALUSINASI PENDENGARAN

A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi pendengaran

B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994).
Halusinasi dapat terjadi pada klien gangguan mental organik, psikosis, sindroma putus obat, keracunan obat, gangguan afektif, gangguan keseimbangan endokrin, gangguan tidur. Halusinasi merupakan salah satu disfungsi yang paling sering terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan hilangnya kemampuan penilaian realitas.

2. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart and Sunden (1998 : 305) faktor predisposisi yang menimbulkan halusinasi, antara lain :
a. Faktor Biologis
  • Abnormalitas otak yang menyebabkan respons neurobiologik.
  • Beberapa bahan kimia juga dikaitkan dapat menyebabkan respon neurbiologis misalnya: dopamine neurotransmiter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara dopamine neurotransmiter lain dan masalah-masalah pada sistem receptor dopamine.
b. Faktor sosial budaya
Stres yang menumpuk, kemiskinan, peperangan, dan kerusuhan, dapat menunjang terjadinya respon neurobiologis yang maladaptif.
c. Faktor Psikologis
Penolakan dan kekerasan yang dialami klien dalam keluarga dapat menyebabkan timbulnya respon neurobiologis yang maladaptif.

3. Faktor Pencetus
Menurut Stuart and sunden (1998: 310), faktor pencetus terjadinya halusinasi antara lain:
a. Faktor biologis
Gangguan dalam putaran balik otak yang memutar proses informasi dan abnormaltas pada mekanisme pintu masuk dalam otak mengakibatkan ketidakmampuan menghadapi rangsangan. Stres biologis ini dapat menyebabkan respon neurobiologis yang maladaptif.
b. Faktor Stres dan Lingkungan
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan merupakan stressor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan perilaku. Klien berusaha menyesuaikan diri terhadap stressor lingkungan yang terjadi.
c. Faktor Pemicu Gejala
1. Kesehatan
Gizi yang buruk, kurang tidur, kurang tidur, keletihan, ansietas sedang sampai berat, dan gangguan proses informasi.
2. Lingkungan
Tekanan dalam penampilan (kehilangan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari), rasa bermusuhan dan lingkungan yang selalu mengkritik, masalah perumahan, gangguan dalam hubungan interpersonal, kesepian (kurang dukungan sosial), tekanan pekerjaan, keterampilan sosial, yang kurang, dan kemiskinan.
3. Sikap/ perilaku
Konsep diri yang rendah, keputusasaan (kurang percaya diri), kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas, perilaku amuk dan agresif.

4. Macam-macam halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan :
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu :
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba :
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap :
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik :
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Menurut Stuart, 2007)

5. Fase-fase halusinasi
a. Fase pertama (Comforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres. Cara ini menolong sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannnya namun intensitas persepsi meningkat.
b. Fase kedua (Condemning)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol seperti gambaran suara dan sensasi. Halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Klien takut apabila orang lain mendengar, klien merasa tidak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
c. Fase ketiga (Controling)
Halusinasi lebih menonjol, mengusai dan mengontrol. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman yang sementara.
d. Fase keempat (Consquering)
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepasakan diri dariu kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlaslu sibuk dengan halusinasinya. Klien mungkin berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang singkat, beberap a jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
6. Rentang Respon
Rentang respon halusinasi ( berdasarkan Stuart dan Laria, 2001)
Adaptif sampai dengan maladaftif

Keterangan:
Adaptif
1. Pikiran logis
2. Persepsi kuat
3. Emosi konsisten
4. Perilaku sesuai
5. Berhub. Sosial

Maladaptif
1. Gangguan pikir
2. Halusinasi
3. Sulit berespon emosi
4. Perilaku disorganisasi
5. Isolasi sosial

Antara Adaptif dan Maladaptif
1. Distorsi pikir
2. Ilusi
3. Reaksi emosi meningkat
4. Perilaku aneh/tidak biasa
5. Menarik diri

C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)

Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Efek)
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran (Core Problem)
3. Gangguan hubungan sosial : menarik diri (Etiologi)
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri.
2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan Konsep diri : harga diri rendah.
3. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan mekanisme koping inefektif.

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa 1
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri.
Tujuan : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Kriteria Hasil :
  • Pasien dapat dan mau berjabat tangan.
  • Pasien mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat dan mau duduk bersama.
  • Pasien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri.
  • Pasien mau berhubungan dengan orang lain.
  • Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap dengan keluarga.

Intervensi :
  • Bina hubungan saling percaya.
  • Buat kontrak dengan klien.
  • Lakukan perkenalan.
  • Panggil nama kesukaan.
  • Ajak pasien bercakap-cakap dengan ramah.
  • Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
  • serta beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab pasien tidak mau bergaul/menarik diri.
  • Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab.
  • Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan.
  • Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan.
  • Perlahan-lahan serta pasien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan.
  • Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai.
  • Anjurkan pasien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan.
  • Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan pasien mengisi waktunya.
  • Motivasi pasien dalam mengikuti aktivitas ruangan.
  • Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan.
  • Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga.
  • Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan car a keluarga menghadapi.
  • Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi.
  • Anjurkan anggota keluarga pasien secara rutin menengok pasien minimal sekali seminggu

b. Diagnosa 2
Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan Konsep diri : harga diri rendah.
Tujuan : Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria Hasil :
  • Pasien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan.
  • Pasien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan.
  • Pasien mampu memulai mengevaluasi diri.
  • Pasien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
  • Pasien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana.

Intervensi :
  • Dorong pasien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya dari segi fisik.
  • Diskusikan dengan pasien tentang harapan-harapannya.
  • Diskusikan dengan pasien keterampilannya yang menonjol selama di rumah dan di rumah sakit.
  • Berikan pujian.
  • Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh pasien
  • Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh pasien.
  • Diskusikan strategi koping yang efektif bagi pasien.
  • Bersama pasien identifikasi stressor dan bagaimana penialian pasien terhadap stressor.
  • Jelaskan bahwa keyakinan pasien terhadap stressor mempengaruhi pikiran dan perilakunya.
  • Bersama pasien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak realistic.
  • Bersama pasien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki
  • Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok.
  • Diskusikan koping adaptif dan maladaptif.
  • Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive.
  • Bantu pasien untuk mengerti bahwa hanya pasien yang dapat merubah dirinya bukan orang lain
  • Dorong pasien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukan perawat).
  • Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan / tujuannya.
  • Bantu pasien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan.
  • Dorong pasien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai potensi yang ada pada dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Anni Keliat,Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
2. Maramis, Willy F .2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2;Surabaya.
3. Yosep, I.2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Refika Aditama: Jakarta.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PSP : HALUSINASI PENDENGARAN
(Pertemuan Pertama : Tanggal-Bulan-Tahun)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tampak menyendiri, gelisah, kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
3. Tujuan Khusus
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
TUK 2: Klien dapat mengenal halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, ciptakan lingkungan terapeutik.
b. Beri kesempatan klien ungkapkan perasaanya.
c. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
d. Diskusikan dengan klien halusinasi yang dialaminya.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“ Selamat pagi Mas ? Perkenalkan nama saya Feny Andriyani, panggil saja saya mbak Feny ya!, saya Mahasiswa Keperawatan Soetomo.”
b. Evaluasi/ validasi
“ Bagaimana perasaan Mas hari ini? Kenapa mas sampai dibawa kesini ?”
c. Kontrak
Topik : “ Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara-suara yang sering mas dengar?”
Waktu : “ Mau berapa lama kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau selama 15 menit ?”
Tempat : “Mas mau ngobrol dimana?” Bagaimana kalau di ruang tamu?”
2. Kerja
a. Coba mas ceritakan suara-suara yang mas dengar!
b. Kapan saja suara itu muncul? Situasi yang bagaimana menurut mas menjadi pencetus munculnya suara tersebut ?
c. Berapa kali suara itu mas dengar dalam sehari?
d. Apakah yang mas lakukan jika suara-suara itu muncul? Apakah mas mengikuti printah suara-suara yang mas dengar?
e. Bagaimana perasaan mas ketika suara-suara itu muncul ?
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“ Bagaimana perasan mas sekarang setelah bercakap-cakap dengan saya?”.
b. Evaluasi obyektif
“ Coba masih ingat nama saya ? terus coba sebutkan lagi kenapa mas dibawa kesini ?”
c. Rencana tindak lanjut
“ Baiklah mas karena waktu kita sudah habis kita sudahi sampai disini ya, besok kita nomong-ngomong lagi ya ?
4. Kontrak
Topik : “ Besok kita bercakap-cakap lagi ya mas. Kita akan diskusikan bagaimana cara mengontrol suara-suara yang mas dengar itu.”
Waktu : “ Jam berapa besok kita bisa bertemu? Bagaimana kalau jam 09.00 WIB selama 15 menit. Mas setuju?
Tempat: “Kita akan berbincang-bincang di taman, setuju?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PSP : HALUSINASI PENDENGARAN
(Pertemuan Kedua : Tanggal-Bulan-Tahun)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Kllien tampak menyendiri, gelisah, kontak mata kurang.
2. Diagnosa Keperawata.
Resiko mencederai diri sendiri /orang lain lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
3. Tujuan khusus
TUK 3 : klien dapat mengontol halusinasinya.
4. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan dengan klien cara yang dilakukan selama ini untuk mengontrol halusinasinya.
b. Diskusikan manfaat dan kerugian cara yang selama ini dilakukan.
c. Diskusikan dengan klien cara baru mengontrol halusinasinya.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. ORIENTASI
a. Salam terapeutik.
“ selamat pagi mas.?”
b. Evaluasi / validasi
“ bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah mas masih mendengar suara-suara seperti kemarin?”
c. Kontrak.
Topik : “ Seperti janji kita kemarin, hari ini kita akan membicarakan tentang bagaimana supaya suara-suara yang mas dengan dapat dikendalikan.”
Waktu : “ Mau berapa lama kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau selama 15 menit ?”
Tempat : “Mas mau ngobrol dimana?” Bagaimana kalau di ruang tamu?”
2. Kerja
a. Kalau mas mendengar suara-suara itu apa yang mas lakukan ?
b. Apakah dengan cara seperti itu suara-suara yang mas dengar berkurang?
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
• Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang-bincang?”
• Evaluasi obyektif
“Jadi ada empat cara untuk mengendalikan suara-suara yang mas dengar. Pertama mengendalikan halusinasi, kedua berbincang dengan orang lain, ketiga mengatur aktifitas, sehingga tidak ada waktu untuk melamun, dan keempat minum obat teratur”
b. Tindak lanjut klien
“Mas, kalau suara-suara itu muncul lagi, mas langsung mencoba cara yang mas pilih tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “besok kita bercakap-cakap lagi ya mas. Kita akan diskusikan obat-obatan yang mas minum untuk mengatasi suara-suara yang mas dengar”
Waktu : “nanti kita bercakap-cakap selama 15 menit, mas setuju”
Tempat : “berbincang-bincangnya di taman saja ya?”

Senin, 08 Agustus 2011

Menopause dan Andropause

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap manusia baik pria maupun wanita dalam kehidupannya terjadi perubahan atau mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, psikis maupun sosial kemasyarakatan. Perubahan itu dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Namun kehidupan wanita terbagi lagi dalam beberapa masa, yakni masa bayi, masa kanak-kanak, pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium, dan masa senium. Masing-masing masa mempunyai kekhususan yang memerlukan pemahaman dan perawatan keadaan tubuhnya dalam menghadapi masa tersebut. Dalam memasuki masa tua seorang wanita memasuki masa klimakterium yaitu merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium (masa sesudah pascamenopause, terjadi keseimbangan hormonal baru) dan bagian dari masa klimakterium terjadi masa menopause. Seiring dengan bertambah tuanya seseorang akan terjadi berbagai perubahan pada hampir semua organ tubuh. Perubahan–perubahan tersebut umumnya diikuti dengan menurunnya fungsi berbagai organ tubuh yang akan berdampak pada turunnya kualitas kesehatan dan mungkin juga kualitas hidup seseorang.
Sistem organ reproduksi (perkembangbiakan) merupakan salah satu organ yang juga mengalami penurunan fungsi sejalan dengan bertambah tuanya seseorang yang tidak jarang menimbulkan masalah bagi orang usia lanjut itu sendiri baik secara fisik maupun psikologik. Namun demikian masalah pada sistem reproduksi ini relatif jarang muncul ke permukaan atau ditemukenali karena jarang dilaporkan oleh pasien atau keluarganya karena masih dianggap tabu dan memalukan, atau dianggap merupakan sesuatu yang normal terjadi pada orang usia lanjut sehingga tidak perlu diobati. Pemahaman yang benar tentang perubahan-perubahan sistem reproduksi pada orang berusia lanjut dan permasalahan yang ditimbulkan perlu dimiliki baik oleh pasien, keluarga, maupun para petugas kesehatan sehingga dapat dicari jalan keluar yang terbaik bila masalah pada sistem reproduksi tersebut muncul.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Menopause
2.1.3 Pengertian Menopause
Kata menopause berasal dari dua kata Yunani yang berarti bulan dan penghentian sementara yang secara linguistik lebih tepat disebut “menocease”. Secara medis istilah menopause mengandung arti berhentinya masa menstruasi, bukan istirahat.
Menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi yang terjadi pada usia menjelang atau pada usia lima puluhan. Seorang wanita dikatakan telah menopause bila tidak mendapat haid lagi sejak satu tahun terakhir. Proses penuaan pada wanita ditandai dengan siklus haid bulanan yang mulai terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali.
2.1.2 Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1. Perubahan sistem reproduksi.
a. Uterus (kandungan) : mengecil.
b. Tuba Falopi : lipatan tuba menjadi memendek, menipis dan mengerut.
c. Ovarium (indung telur) : ovarium menciut, terjadi penurunan fungsi ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesterone, berhenti menghasilkan sel telur. Akibatnya timbul keluhan akibat berkurangnya kadar hormon.
d. Cervix (leher rahim) : mengerut.
e. Vagina : terjadi penipisan dinding vagina, selain itu secret/lendir vagina mulai mengering, menyulitkan hubungan suami-istri.
f. Vulva (bibir rahim) : jaringan vulva menipis karena berkurangnya jaringan lemak, kulit menipis, pebuluh darah berkurang. Akibat sering timbul rasa gatal. Vulva yang mengering bersamaan dengan penyempitan lubang masuk vagina menyebabkan kesulitan untuk melakukan hubungan suami istri, timbul rasa nyeri pada waktu hubungan, menyebabkan wanita berusaha untuk menolak melayani suaminya.
g. Rambut kemaluan pada wanita mulai menipis, sebagian rontok dan mulai memutih/uban.
h. Payudara : jarigan lemak berkurang, putting susu mengecil. Akibatnya payudara mulai lembek, mengendor dan keriput.
2. Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual. Seksualitas dan kemampuan menikmati kenyamanan seksual tidak berkurang sekali pada perempuan usia lanjut karena hormon androgen dan testosteron masih diproduksi dari kelenjar adrenal.
Keinginan melakukan aktivitas seksual meningkat pada perempuan setelah menopause, yang mungkin dikarenakan sudah tidak ada lagi kekhawatiran akan kehamilan. Namun demikian, perempuan umumnya memiliki masalah dalam hal kemampuan pasangannya, karena umumnya pasangan (laki-laki) lebih tua dari istrinya sehingga ada yang sudah meninggal atau tidak memiliki kemampuan lagi.
Usia lanjut perempuan memerlukan waktu beberapa menit untuk lubrikasi vagina sebagai respons rangsangan seksual. Jika atrofi pada vagina sudah lebih lanjut maka tidak memungkinkan lagi terjadi lubrikasi yang cukup, untuk itu perlu digunakan jelly untuk membantu lubrikasi pada dinding vagina agar mencegah sakit ketika sedang senggama. Selama senggama, perempuan usia lanjut tidak dapat menekan penis dengan kuat. Orgasme pada perempuan usia lanjut umumnya kurang intensif karena melibatkan kontraksi uterus dan vagina lebih sedikit, dan juga dapat diikuti dengan nyeri otot spasme. Setelah orgasme, perempuan usia lanjut lebih cepat kembali kepada kondisi sebelum ada nafsu seksual dibandingkan dengan perempuan yang lebih muda.

2.1.3 Mekanisme Terjadinya Menopause
Perubahan pada sistem reproduksi perempuan terjadi pertama kali pada indung telur yang selanjutnya akan menyebabkan berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh indung telur tersebut. Berkurangnya hormon estrogen tersebut pada gilirannya akan bertanggung jawab pada perubahan degeneratif di vagina dan rahim, dan juga genitalia luar
Akibat rendahnya kadar estrogen adalah berhentinya siklus menstruasi yang merupakan pertanda menopause. Menopause diperkirakan merupakan akibat perubahan pada sel-sel folikel di indung telur yang membuat mereka tidak berespons terhadap hormon FSH dan LH .
2.1.5 Dampak Menopause Bagi Kesehatan
1. Jangka pendek :
a. Rasa panas di dada yang menjalar ke wajah dan sering timbul pada malam hari (Hot flush), keringat malam yang banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi, gangguan usus (meteorismus)
b. Gangguan psikologis : depresi, mudah tersinggung, mudah marah, kurang percaya diri, gangguan gairah sexsual, perubahan prilaku.
c. Gangguan mata : mata terasa kering dan gatal akibat berkurang produksi air mata.
d. Gangguan saluran kemih dan alat kelamin : mudah infeksi, nyeri sanggama, perdarahan pasca sanggama akibat atropi pada alat kelamin.
2. Jangka panjang :
a. Osteoporosis yaitu berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat kurangnya hormon estrogen sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
b. Penyakit jantung koroner yaitu berkurangnya hormon estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner pada wanita.
c. Kepikunan (Dimensia tipe alzheimer) : Kekurangan hormon estrogen mempengaruhi susunan syaraf pusat/otak, sehingga menyebabkan kesulitan konsentrasi, kehilangan ingatan pada peristiwa jangka pendek.
2.1.5 Pencegahan Dampak Menopause Bagi Kesehatan
1. Pemeriksaan ginekologi secara rutin
2. Pemeriksaan kesehatan umum secara rutin, misalnya tensi, timbang berat badan, rekam jantung.
3. Pemeriksaan Bone Mass Densitometri
4. Pemeriksaan Laboratorium (Gula Darah, Kolesterol)
5. Pemeriksaan pap smear secara rutin.
6. Perabaan payudara (sadari)
7. Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsur fito estrogen (Kedelai, tahu, tempe, kecap,pepaya)
8. Penggunaan bahan makanan sumber kalsium (susu, youghurt, keju, teri, dll).
9. Menghindari makanan yang banyak mengandung lemak, kopi dan alkohol.

2.2 Andropause
2.2.1 Pengertian
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, “Andro” artinya pria sedangkan “Pause” artinya penghentian. Jadi secara harfiah, andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria. Berbeda dengan wanita yang mengalami menopause, dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid yang akan berhenti dengan cara yang relatif mendadak, pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya sedemikian perlahan.

2.2.2 Penyabab Andropause
Andropause terjadi karena menurunnya fungsi dari sistem reproduksi pria, yang selanjutnya menyebabkan penurunan kadar testosteron sampai dengan di bawah angka normal dan penurunan hormon DHEA, DHEAS, Melantonin, Growth Hormone, dan IGFs (Insulin like growth factors). Penurunan hormon pada andropause terjadi secara perlahan sehingga sering kali tidak menimbulkan gejala. Keluhan baru timbul jika ada penyebab lain yang mempercepat penurunan hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya, diantaranya:
1. Bahan kimia yang bersifat estrogenik yang sering digunakan dalam bidang pertanian, pabrik dan rumah tangga
2. Kebisingan, perasaan kurang nyaman, dan hubungan tidak harmonis
3. Penyakit-penyakit tertentu seperti diabetes mellitus (kencing manis), varikokel (pelebaran pembuluh darah testis), prostatitis kronis (infeksi pada prostat), kolesterol yang tinggi, obesitas, atropi testis, dsb.
4. Psikogenik, sering dianggap sebagai faktor timbulnya berbagai keluhan andropause setelah terjadi penurunan hormon testosteron.
2.2.3 Gejala Andropause
1. Gangguan vasomotor: tubuh terasa panas, berkeringat, insomnia, rasa gelisah dan takut.
2. Gangguan fungsi kognitif dan suasana hati: mudah lelah, menurunnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental/institusi, keluhan depresi, hilangnya rasa percaya diri dan menghargai diri sendiri.
3. Gangguan virilitas: menurunnya kekuatan dan berkurangnya tenaga, menurunnya kekuatan dan massa otot, kehilangan rambut tubuh, penumpukan lemak pada daerah abdominal dan osteoporosis.
4. Gangguan seksual: menurunnya minat terhadap seksual/libido, perubahan tingkah laku dan aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi/disfungsi ereksi/impotensi, berkurangnya kemampuan ejakulasi, dan menurunnya volume ejakulasi.

2.2.4 Mekanisme terjadinya andropause
Mekanisme terjadinya andropause adalah karena menurunnya fungsi dari sistem reproduksi pria, yang selanjutnya menyebabkan penurunan kadar testosteron sampai dengan dibawah angka normal.
Hormon yang turun pada pada andropause ternyata tidak hanya testosteron saja, melainkan penurunan multi hormonal yaitu penurunan hormon DHEA, DHEAS, Melantonin, Growth Hormon, dan IGFs (Insulin like growth factors). Oleh karena itulah banyak pakar yang menyebut andropause dengan sebutan lain seperti Adrenopause (deficiency DHEA/DHEAS), Somatopause ( deficiency GH/Insulin like Growth Factor), PTDAM (Partial Testosteron Deficiency in Aging Male), PADAM (Partial Androgen deficiency in Aging Male), Viropause, Climacterium pada pria, dsb.
2.2.5 Pencegahan dan Penanganan Andropause
Pencegahan andropause terutama ditujukan agar penderita dapat mengurangi keluhan maupun penderitaan saat memasuki usia tua, terutama di cegah dengan cara menjaga kesehatan dan kebugaran secara jasmani, pola hidup sehat, tidak merokok dan minum minuman beralkohol dan pengelolaan stres yang baik (sehat secara psikologis).
Andropause biasanya diobati dengan pemberian hormon testosteron yang dilakukan dengan hati-hati dan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan rectal (anus) dan PSA (Prostat Spesific Antigent), karena dikhawatirkan akan menimbulkan manifestasi seperti BPH (Benigna Prostat Hiperplasi) dan Kanker Prostat. Pemeriksaan tersebut disarankan tiap tiga bulan selama pengobatan testosteron.

BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Setiap manusia baik pria maupun wanita dalam kehidupannya terjadi perubahan atau mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan itu dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Seiring dengan bertambah tuanya usia seseorang, maka akan terjadi berbagai perubahan pada hampir semua organ tubuh, khususnya pada sistem reproduksi. Pada wanita hal ini biasa disebut dengan menopause, yakni berhentinya masa menstruasi.
Perubahan sistem reroduksi yang terjadi pada wanita usia lanjut antara lain:
a. Uterus (kandungan) : mengecil.
b. Tuba Falopi : lipatan tuba menjadi memendek, menipis dan mengerut.
c. Ovarium (indung telur) : ovarium menciut, terjadi penurunan fungsi ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesterone, berhenti menghasilkan sel telur. Akibatnya timbul keluhan akibat berkurangnya kadar hormon.
d. Cervix (leher rahim) : mengerut.
e. Vagina : terjadi penipisan dinding vagina, selain itu secret/lendir vagina mulai mengering, menyulitkan hubungan suami-istri.
f. Vulva (bibir rahim) : jaringan vulva menipis karena berkurangnya jaringan lemak, kulit menipis, pebuluh darah berkurang. Akibat sering timbul rasa gatal. Vulva yang mengering bersamaan dengan penyempitan lubang masuk vagina menyebabkan kesulitan untuk melakukan hubungan suami istri, timbul rasa nyeri pada waktu hubungan, menyebabkan wanita berusaha untuk menolak melayani suaminya.
g. Rambut kemaluan pada wanita mulai menipis, sebagian rontok dan mulai memutih/uban.
h. Payudara : jarigan lemak berkurang, putting susu mengecil. Akibatnya payudara mulai lembek, mengendor dan keriput.
Sedangkan pada seksualitas dan kemampuan menikmati kenyamanan seksual perempuan usia lanjut tidak berkurang samasekali karena hormon androgen dan testosteron masih diproduksi dari kelenjar adrenal. Keinginan melakukan aktivitas seksual meningkat pada perempuan setelah menopause, yang mungkin dikarenakan sudah tidak ada lagi kekhawatiran akan kehamilan
Usia lanjut perempuan memerlukan waktu beberapa menit untuk lubrikasi vagina sebagai respons rangsangan seksual. Jika atrofi pada vagina sudah lebih lanjut maka tidak memungkinkan lagi terjadi lubrikasi yang cukup, untuk itu perlu digunakan jelly untuk membantu lubrikasi pada dinding vagina agar mencegah sakit ketika sedang senggama. Selama senggama, perempuan usia lanjut tidak dapat menekan penis dengan kuat. Orgasme pada perempuan usia lanjut umumnya kurang intensif karena melibatkan kontraksi uterus dan vagina lebih sedikit, dan juga dapat diikuti dengan nyeri otot spasme. Setelah orgasme, perempuan usia lanjut lebih cepat kembali kepada kondisi sebelum ada nafsu seksual dibandingkan dengan perempuan yang lebih muda.

DAFTAR PUSTAKA

Arfian,Soffin. 2010. Klimakterium. http://www.scribd.com/doc/16484744/KLIMAKTERIUM. Tanggal 02 Maret 2011 pukul 20.15 WIB

Arif, Hendra. 2008. Konsep Dasar Menopause. http://ajangberkarya.wordpress.com/2008/05/11/konsep-dasar-menopause/htm. Tanggal 01 Maret 2011 pukul 18.15 WIB

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik edisi 3. Jakarta: EGC.

Rumah akit Permata Cibubur, 2008. Perubahan Sistem Reproduksi Perempuan Usia Lanjut.
Zietraelmart, 2008. Klimakterium dan Menopause. http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/9. tanggal 01 Maret 2011 pukul 19.13 WIB